Mengkaji Faktor Koreksi Kayu Batang Pohon Rimba

Sebuah cerita klasik yang masih terpaku di benak bahwa orang-orang tua doeloe :

begitu memandang pohon durian yang sudah tua (produksi menurun), maka tersirat di benak mereka, bila pohon tersebut ditebang akan diperoleh sekian keping papan atau balokan (tergantung ukuran diameter dan panjang bagian batang yang diprakirakan dapat dimanfaatkan),

memandang pohon ulin yang cukup tua, maka tersirat pula akan diperoleh sekian balokan atau sekian ikat sirap.

Dari cerita klasik ini diperoleh gambaran bahwa prakiraan orang doeloe cukup cermat dalam menentukan banyaknya kayu jadi (sortimen) dari sebatang pohon yang masih berdiri (didasarkan pada kondisi pendidikan mereka yang masih rendah dan hanya mengandalkan pengalaman semata).

Bila kita perhatikan lebih jauh dengan kondisi ilmu pengetahuan sekarang (di bidang kehutanan) ada keterkaitan dengan indeks tebangan (i.t) pada faktor ekspoitasi dan cara penetapan sortimen kayu bulat. Untuk menelaah lebih jauh tentang hal ini memerlukan dua langkah yaitu saat penentuan volume pohon berdiri dan tata cara penentuan sortimen yang diinginkan.

Sebagai langkah awal, keterkaitan pengalaman orang tua doeloe dengan kenyataan (kondisi) yang ada sekarang adalah hasil perhitungan volume pohon saat berdiri jauh berbeda dengan setelah pohon tersebut ditebang (yang diangkut berupa kayu bulat). Mengapa ?

tinggi tunggak dan tebal kulit tidak pernah diperhitungkan,

ketidaktepatan faktor bentuk 0,7 yang digunakan selama ini sebagai koreksi bentuk batang yang tidak silinder (Banyard dalam Simon, 1983 menyatakan untuk pohon-pohon di daerah tropis yang belum tersedia Tabel Faktor Bentuk dapat menggunakan nilai bentuk sebesar 0,7).

Dengan pemikiran yang sederhana, bagaimana caranya agar kubikasi kayu yang akan dipungut dari pohon masih berdiri akan lebih-kurang sama dengan volume pohon setelah ditebang. Atau dengan kata lain “bagaimana kubikasi hasil cruising tidak jauh berbeda setelah ditebang berupa kayu bulat di TPn atau TPK”.

Pendekatan yang mungkin adalah menggunakan faktor bentuk di atas tunggak. Ini mirip dengan faktor bentuk absolut dengan perhitungan volume batang berada di atas Lbds (Luas bidang dasar). Adapun tinggi tunggak dimaksud sudah termasuk ketebalan trimming bontos atau volume tunggak sudah termasuk volume trimming bontos.

Mengacu pada rumusan (terpakai) volume pohon berdiri (K = keliling dalam satuan cm ; T = tinggi dalam satuan meter) :

Vpohon = (7/880000) K2 . T . f

maka masih perlu dikoreksi untuk tunggak dan kulit yang ditinggalkan. Dengan memperhatikan tunggak dan kulit yang ditinggalkan, maka faktor koreksi yang diperoleh tidak hanya berupa faktor bentuk (koreksi bentuk) saja, tetapi merupakan penggabungannya dengan volume tunggak dan kulit. Katakan saja fx yang berarti faktor koreksi kayu batang pohon berdiri.

Dari kerangka pemikiran yang sederhana, singkat dan ringkas ini, maka rumusan faktor koreksi volume pohon berdiri di atas tunggak :

Vpohon = (7/880000) K2 . T . fx atau

fx = (Vaktual / Vsilinder)

= Vaktual /(7/880000) K2 . T

K = keliling setinggi dada (1,30 m) atau pada ketinggian tertentu.

T = tinggi batang pohon di atas tunggak hingga pada ketinggian tertentu (pada ketinggian masih dapat di manfaatkan atau pada diameter tertentu).

Volume aktual adalah volume batang pohon rebah yang diukur secara seksi (section) tanpa kulit.

VB = (11/2240000) . (D1 + D2 + d1 + d2)2 . P m2 ….. (Brereton)

untuk ukuran diameter (D & d) tetap dalam satuan cm;ukuran panjang (P) tetap dalam satuan meter

Cara lain yang lebih praktis (pohon tidak ditebang) adalah bila menggunakan alat ukur Spiegel Relaskop. Tentunya data ukur untuk perhitungan Lbds adalah diameter, bukan keliling. Berarti rumusan faktor koreksinya :

Vpohon = (11/140000) D2 . T . fx atau

fx = Vaktual /(11/140000) D2 . T

Untuk menentukan pohon-pohon contoh (sample) sebagai pohon pewakil menggunakan metode Purposif Sampling. Adapun banyaknya pohon-pohon pewakil untuk luasan tertentu menggunakan tata-cara yang dikemukakan oleh Bustomi, Wahyono & Parthama (1998).

Untuk kerja di lapangan tentunya diperlukan seorang cruiser yang berpengalaman dan professional (mampu memprediksi tinggi batas tebangan dengan berbagai kondisi lapangan dengan segala kemungkinan yang terjadi setelah batang pohon direbahkan dan ketebalan trimming).

Terkait dengan tata cara (aturan dan rumusan) yang digunakan selama ini tentunya tidak sejalan. Untuk mengadakan perubahan, tentunya perlu waktu dan banyak tatanan aturan yang harus disesuaikan. Namun inilah karya pikir anak bangsa. Inipun akan merambah terhadap nilai rupiah kayu batang pohon berdiri yang tidak jauh berbeda setelah berupa kayu bulat. Juga meminimalkan bias prediksi.

Mungkin (?!) tingkat kesulitannya cukup tinggi. Tingginya tingkat kesulitan bersifat relatif, tergantung kemauan kita, untuk menunjukkan ini wajah ku Karya Rimbawan Indonesia.

*) a2karim; diangkat dari Proposal Tesis (S2) yang terhempas. 080602

5 Balasan ke Mengkaji Faktor Koreksi Kayu Batang Pohon Rimba

  1. djdedi77 berkata:

    Mau tanya dong; bgmn mengetahui jumlah papan kayu permeter kubik bila satu papan dg ukuran sbb :
    Panjang 2m, lebar 20cm dan tebal 2.4cm.
    Thanks atas jwbnnya.

  2. Herry berkata:

    pake rumus (TxLxP):10000 =M3

    jadi : (2.4x20x2):10000 = 0.0096 M3 per lembar.
    jadi kurang lebih butuh 104 lembar papan untuk mencapai 1 M3

Tinggalkan komentar