Pertumbuhan Semai Ulin Sirap*)

Peneltian ini di latarbelakangi semakin kurangnya  menemukan jensi ulin, bahkan dulunya merupakan daerah hutan ulin kini sebagian besar sudah punah, seperti hutan ulin di Kab. Tanah Laut  (Kalimantan Selatan) yang kini  ditandai sebagian besar tunggul-tunggul di padang ilalang, cenderung berkurangnya semai ulin setelah penebangan di Separi (Samarinda, Kalimantan Timur.

Disamping itu memperhatikan :
A. Kongres Kehutanan ke I (21-28 Januari 956) salah satu kesimpulannya menyatakan penyelidikan-penyelidikan terhadap jenis-jenis untuk mencegah kepunahan diantara jenis ulin.
B. Radin Ditjen Kehutanan (14-16 April 1977) menyatakan ulin merupakan salah satu jenis yang penting untuk direboisasikan.
C. Surat Keputusan Gubernur Kdh Tkt I Kalimantan Selatan, tentang kelestarian dan potensi ulin yang terbatas sehngga dibuat peraturan pelaksanaan penebangan di luar areal HPH dan HPHH.

Tujuan penelitian meliputi:
1. Seberapa jauh pengaruh intensitas cahaya yang diberikan terhadap kemampuan hidup dan pertumbuhan semai ulin.
2. Pengaruh ketiga pupuk tunggal yang diberikan terhadap pertumbuhan semai ulin.
Pola rancangan yang digunakan adalah faktorial dengan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Uji rataan yang digunakan uji Student-Newman-Keuls (SNK). Untuk keabsahan data dilakukan pengujian dengan uji Homogenitas Ragam dan Kolmogorov-Smirnov.

Faktor yang diselidiki :
1) Intensitas Cahaya (IC) sebagai main plot factor: c1=50%, c2=25%, c3=1,5%.
2) Pemupukan (sub plot factor):  Dosis pupuk tia semai: urea (100 ppm N), TSP (100 ppm P2O5), KCl (50 ppm K2O) dengan kombinasi f1=NPK, f2=PK, f3=NK, f4=NP, f5=tanpa pupuk. Sedangkan jumlah pupuk tiap semai (mg) untuk urea 46% N, TSP 46% P2O5 dan KCl 46% K2O.
Penyediaan semai dilakukan dengan sistem pengeraman biji dan hingga awal penelitian ± 3 bulan. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan.

Respon pengamatan berupa pertambahan dari:
1) Tinggi batang utama (T) dalam satuan cm
2) Diameter batang setinggi 1,5 cm (D) dalam satuan mm
3) Jumlah daun yang pernah ada (J) dalam satuan helai
4) Luas daun (L) dalam satuan cm2

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hingga tingkat IC 50%  ternyata kemampuan hidup semai ulin masih memungkinkan, walau pertambahan rata-rata tiap respon (pertumbuhan) telah menunjukkan penurunan.
2. Intensitas Cahaya merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan semai.
3. Persamaan regresi IC terhadap tiap respon pengamatan bersifat kuadratik:
T-duga  =  2,7682  +  13,6297 C  –  25,7938 C2
D-duga  =  0,1888  +  0,7730 C  –  1,4810 C2
J-duga  =  2,0618  +  7,7845 C  –  13,6348 C2
L-duga  =  192,6226 +  404,4949  –  711,7138 C2


Kurva Pertumbuhan Tinggi dan Diameter

Kurva Pertumbuhan Jumlah dan Luas Daun

4. Koefisien determinasi masing-masing repon:
R2T = 82,23%;  R2D = 76,67%;  R2J = 81,76%;  R2L = 67,48%
5. IC optimum masing-masing respon (T, D, J & L):  26,42%, 26,10%, 28,54% dan 28,42%
6. Secara umum IC yang diperlukan bagi pertumbuhan semai ulin berkitar antara 26,10% hingga 28,54%, atau nilai rata-rata 27%
7. Pupuk tidak memberikan pengaruh secara statistik (< F5%) pada pertumbuhan semai ulin.

Disarikan oleh A2Karim
*) Judul asli : Pengaruh Intensitas Cahaya dan Pemberian Pupuk terhadap Kemampuan Hidup dan Pertumbuhan Semai Ulin (Eusideroxylon zwageri T et B); Abdul Aziz Karim
Terima kasih kepada bpk: H.Moehansyah, Ahmad Rivai Noor dan Ahmad Suri atas bimbingannya.

Tinggalkan komentar