Mengenal Galam Cajuputi*

1. Nama Botanis
Galam merupakan genus Melaleuca dari famili Myrtaceae. Pada awalnya nama botanis galam (lahan rawa gambut atau pasang surut) adalah Melaleuca leucadendron Linn. samadengan nama galam kayu putih (Tim Teknisi Eksploitasi Hutan, 2000). Sacara morfologis adalah sama, tapi untuk kandungan minyaknya berbeda. Galam kayu putih lebih banyak mengandung “minyak kayu putih” dibanding galam lahan rawa. Sehingga penamaan botanis untuk galam lahan rawa (gambut atau pasang surut) adalah Melaleuca cajuputi Roxb (Proyek PKKHNNK, 1973 dan Lazuardi, 2000).
Masyarakat di desa Antar Raya (Kab. Barito Kuala, Prop. Kalimantan Selatan) membedakan jenis galam ke dalam 2 varitas, yaitu galam tembaga dan galam putih. Galam tembaga memiliki kulit lebih tipis dan lebih licin dari kulit galam putih. Galam tembaga biasanya tumbuh di tepi-tepi sungai dan galam putih tumbuh agak lebih ke dalam (Tim Teknisi Eksploitasi Hutan, 2000; Oktriyana, 2003).

2. Sifat Botanis
Sifat fisik pohon galam tidak berbanir. Bentuk batang bulat panjang, agak lurus dan tinggi dapat mencapai 15 meter atau lebih. Tinggi bebas cabang dapat mencapai ±60%.
Batang terbungkus dengan kulit oleh kulit-kulit tipis yang berlapis-lapis sehingga membentuk kulit yang tebal, berwarna kekuning-kuningan dan amat mudah lepas. Bila lapisan kulit tebal terserbut kering akan bersifat seperti gabus, sehingga tidak mudah menyerap air. Kayunya keras, berat jenis 0,85, kelas awet III dan kelas kuat II (Tim Teknisi Eksploitasi Hutan, 2000).

3. Pertumbuhan
Hutan galam merupakan hutan khas daerah hutan rawa gambut dengan kemasaman tanah yang cukup tinggi. Umumnya hutan galam merupakan hutan homogen. Namun ada pula yang tumbuh di hutan air tawar. Disamping pohon galam merupakan pohon toleran terhadap kondisi tanah masam dan tergenang.

Hutan Galam ini berada di jln Lingkar Utara (jln Gubernur Syarkawi) (kiri: latar belakang htn galam dengan latar depan yang sdh dimanfaatkan ; kanan: htn galam yang terbakar dengan latar belakang RuSaJi “Sambang Lihum”). Kec. Gambut, Kab. Banjar. (090905N73)
Awal musim penghujan hutan galam yang telah terbakar akan tumbuh kembali dengan tumbuhan bawah sebagian besar jenis paku-pakuan.

Pertumbuhan galam yang berasal dari :
1) biji (generatif) umumnya relatif lurus dan mempunyai bentuk percabangan monopodial. Sehingga batangnya banyak digunakan untuk bahan/kayu bangunan.
2) trubusan mempunyai bentuk batang cenderung bengkok dengan bentuk percabangan sympodial. Sehingga pemanfaatan batang untuk kayu bakar. Kecuali bila diameter batang > 20 cm dengan panjang batang bebas cabang > 4 meter dijadikan kayu pertukangan (Lazuardi, 2000).

Galam berasal dari biji (kiri) & trubusan (kanan) (090909N73)Kec : Landasan Ulin (PemKo Banjarbaru)

Klasifikasi tingkat pertumbuhan (Daryono, 2000) jenis galam lahan rawa gambut (Melaleuca cajuputi Roxb) adalah :
1) Tingkat semai dengan diameter 2 cm – 10 cm
2) Tingkat tiang dengan diameter > 10 cm – 20 cm
3) Tingkat pohon dengan diameter > 20 cm

Galam pada tingkat semai, pancang, Tiang & Pohon (090909N73)
Kec : Landasan Ulin (PemKo Banjarbaru) & Mtp. Barat (Kab. Banjar)

Bentuk tajuk tidak teratur, agak jarang dan selalu hijau. Daun berbentuk bulat telur (ellips) dan meruncing di bagian ujungnya (Direktorat Bina Program, 1975).

4. Manfaatnya
Pohon galam bermanfaat serba guna sejak dari buah, daun, kayu hingga kulitnya. Namun yang banyak dimanfaatkan selama ini adalah berupa kayu batang dan kayu bakar. Secara garis besar pemanfaatannya dirangkum menjadi pemanfaatan bersifat ekonomi dan ekologis.
1) Manfaat Ekonomi
a. Kayu galam dimanfaatkan antara lain :

# kayu galam sangat berperan dalam pembangunan rumah dan gedung bertingkat yaitu sebagai pondasi cerucuk dan penyangga waktu pengecoran beton. Juga sebagai bahan baku penunjang.

Pembangunan rumah & Masjid Darul Muhsinin (090906N73)
Kec : Mtp Timur (Kab. Banjar) & Bati-bati (Kab. Tanah Laut)

# sebagai “siring” (penyangga tanah sementara) untuk jalan atau halaman rumah.
Urukan tanah pembuatan jalan (kiri)dan halaman rumah (kanan) (090906N73)
Kec. Liang Anggang (PemKo Banjarbaru) & Kec. Mtp Barat (Kab. Banjar)

# sebagai cerucuk (bhs Bnjar) yaitu penyangga saat pembuatan jalan layang & jembatan penyeberangan.
Jln layang & jbtan penyeberangan (desa Tangkas & Sungai Kitanu) (090907N73)
Kec. Martapura Barat (Kab. Banjar)

# di pedesaan lebih banyak digunakan sebagai kayu bakar.
Kayu bakar siap belah (kiri) & siap jual (kanan) (090906N73)
Kec. Bati-bati (Kab. Tanah Laut)

# sebagai bahan baku kerajinan seni seperti bentuk asbak rokok.
# sebagai bahan baku penggergajian, pembuatan arang dan briket arang.
# sebagai pahalatan (bhs Banjar) yaitu batas tanah hak milik sementara (biasanya ditanam pada galangan batas, lihat ada patok batas) yang sekaligus sebagai peneduh. Namun ada pula yang menggunakannya sebagai peneduh rumah.
Penggunaan galam sebagai pahalatan dan peneduh rumah (090908N73)
Kec. Sungai Tabuk (Kab. Banjar)

b. Kulit kayu tidak banyak dimanfaatkan. Bila tak ada pembeli atau tidak digunakan sendiri biasanya hanya dibakar begitu saja. Kulit yang dibeli atau untuk keperluan sendiri digunakan sebagai “himbukan”; yaitu menutup lubang dengan kulit kayu galam dan setelah cukup padat, kemudian ditutup dengan tanah (penghematan sementara). Biasanya (info masy.) setelah 3 bulan akan terjadi penurunan dan selanjutnya akan diisi/diratakan dengan tanah.
Kulit kayu dan himbukan di depan rumah (090906N73)
Kec. Bati-bati (Kab. Tanah Laut)

c. Daun galam digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan. Minyak kayu putih disebut juga sebagai cajaput oil (Proyek PKKHNNK, 1973) atau kajaput (Tim Teknisi Eksploitasi Hutan, 2000).
d. Buah galam yang telah dikeringkan, dimanfaatkan sebagai pengganti lada hitam. Pemanfaatan ini dilakukan masyarakat di desa Antar Raya, Sungai Raya dan trans Talaran (Kab. Barito Kuala) sebagai nilai tambah (Oktriyana, 2003). Buah-buah tersebut dijual melalui Agen dan selanjutnya dikirim ke industri di Jawa untuk pembuatan jamu (pengganti merinca) dan memperbanyak komposisi jamu (Jamu Air Mancur, Salatiga).
Bunga, buah muda & buah tua (090906N73)
Kec. Liang Anggang (PemKo Banjarbaru)

2) Manfaat Ekologis
Galam termasuk jenis tumbuhan yang tahan terhadap kebakaran dan kekeringan. Ini disebabkan ekologis galam yaitu fire-climax, dimana daerah bekas kebakaran menyebabkan biji galam akan tumbuh dengan cepat dan lama kelamaan akan mendominasi daerah tersebut (Lazuardi dan Supriadi, 2000).
Galam juga memiliki toleransi yang tinggi terhadap kebakaran. ini disebabkan adanya kulit yang tebal, sehingga mampu menahan panas yang berlebihan dan mampu melindungi kambium dari kerusakan.
Galam tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi, terutama kesuburan tanah. Daya tumbuh dan toleransi yang tinggi mampu tumbuh pada tanah yang kurang subur.
Daun muda (pucuk) merupakan sumber makanan bagi bekantan (Nasalis larvatus) (Soendjoto dan Akhdiyat, 2001).

5. Sebaran

Galam (Melaleuca spp) tersebar di Asia Tenggra dari Semenanjung Malaka hingga ke Kepulauan Maluku (terdapat di Fhilipia). Khusus di Kalimantan Selatan menyebar secara alami di lahan rawa gambut dan pasang surut (rawa air tawar). Juga ditemukan di lahan yang relatif kering (bekas hutan kerangas) seperti di Sebuhur, Liang Anggang. Sedangkan keberadaan hutan galam di wilayah Kelurahan Landasan Ulin (PemKo Banjarbaru) akibat adanya intervenasi air daerah Liang Anggang Kec. Bati-bati (Kab. Tanah Laut).

A2Karim

*) Hasil Jelajah dan Ulasan dari judul asli “Potensi Hutan Galam dan Pemanfaatannya di Kelurahan Landasan Ulin Timur, Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru”, Tahun 2003. Karim,A.A. Fakultas Kehutanan Unlam, Banjarbaru (Makalah/Tesis).

3 Balasan ke Mengenal Galam Cajuputi*

  1. aul berkata:

    makasih kak 🙂

  2. kickryan berkata:

    menurut ku ersebutefisiensi menggunakan scaffolding untuk pekerjaan untuk steger perancahan baik balok beton maupun plat lantai…

    meskipun terkadang scaffolding kalah kuat untuk pekerjaan t

  3. sitriani berkata:

    terima kasih . . . 🙂
    informasi ini sangat membantu . . . 🙂

Tinggalkan komentar